Kira–kira awal bulan Juli 1959 Hadrotul Mukarrom Romo KH. Abdoel Madjid Ma’roef Qs wa Ra Pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo, Ds Bandar Lor Kota Kediri, menerima suatu sasmita ghaib dalam keadaan terjaga dan bukan dalam mimpi, maksud dan isi sasmita ghaib tersebut berupa pesan “SUPAYA MENGANGKAT MASYARAKAT.“ Yang dimaksud adalah ikut serta memperbaiki/ membangun mental masyarakat lewat “jalan batiniyah“. Mental masyarakat, terutama mental kesadaran kepada Allah wa Rosulihi SAW.
Sesudah menerima sasmita ghaib tersebut beliau sangat prihatin dan sangat berkonsentrasi dalam memusatkan kekuatan batin (bermujahadah) munajat mendekatkan diri kehadirat Allah SWT, memohon bagi kesejahteraan umat dan masyarakat. Diantara doa- doa yang beliau amalkan yang paling banyak adalah doa sholawat. Sholawat Badawi, Sholawat Nariyah, Sholawat Munjilat, Sholawat Masysyiyyah dan masih banyak lagi. Boleh dikatakan hampir seluruh doa-doa sholawat beliau amalkan demi memenuhi maksud dari sasmita ghaib tersebut.
Tak ada waktu yang terbuang yang tidak digunakan membaca sholawat oleh beliau. Bahkan amalan beliau sebelumnya, sebelum datangnya sasmita ghaib tersebut yang paling banyak adalah sholawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Jika beliau bepergian naik sepeda memegang stang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya dimasukan di dalam saku baju, ternyata memutar tasbih didalam saku baju tersebut. Amalan doa Sholawat Nariyah misalnya berkali–kali beliau hatamkan 4444 kali dalam tempo satu jam kurang lebih. Dengan penuh ketekunan dan prihatin yang sangat mendalan beliau tidak berhenti–hentinya bermujahadah dan melakukan riyadloh–riyadloh seperti puasa sunnah dan sebagainya demi melaksanakan sasmita ghaiob tersebut, dan tidak ada dari keluarganya yang mengetahui bahwa beliau sedang melaksanakan suatu tugas yang sangat berat. Tugas yang harus dilaksanakan bukan untuk kepentingan pribadi atau kelurga beliau, tetapi untuk kepentingan umat dan masyarakat, untuk kepentingan perbaikan mental dan akhlak umat manusia yang beraneka macam.
Pada sekitar tahun 1963, menerima sasmita ghaib lagi seperti kejadian pada tahun 1959, sasmita ghaib yang kedua ini bersifat peringatan terhadap sasmita ghaib yang pertama supaya cepat–cepat ikut berusaha memperbaiki mental masyarakat melalui jalur batiniahnya. Maka beliaupun terus lebih meningkatkan lagi mujahadahnya kehadirat Allah SWT sampai–sampai kondisi fisik beliau sering kali terganggu. Namun demikian batiniah beliau tidak terpengaruh oleh kondisi jasmani dan senantiasa terus mendekat kehadirat Alloh SWT memohon bagi perbaikan mental dan akhlak masyarakat.
Tidak lama sesudah menerima sasmita yang kedua yaitu tahun 1963 itu, beliau menerima sasmita ghaib dari Allah SWT yang ketiga kalinya. Dan yang ketiga ini lebih keras sifatnya dari pada yang kedua. “Malah kulo dipun ancam menawi mboten enggal–enggal berbuat dengan tegas“ (malah saya diancam kalau tidak berbuat dengan tegas ). Demikian kurang lebih keterangan yang beliau jelaskan “Saking kerasipun peringatan lan ancaman, kulo ngantos gemeter sak bakdanipun meniko“. (karena kerasnya peringatan dan ancaman, saya sampai gemetas sesudah itu) tambah beliau. Selanjutnya beliaupun menjadi lebih prihatin lagi dan terus lebih meningkatkan lagi mujahadah–mujahadahnya lebih dekat memohon kehadirat Allah SWT. Dalam situasi batiniah yang senantiasa menghadap kepada Allah SWT itu beliau menyusun doa sholawat “kulo damel oret–oretan“ (saya bikin coret-coretan) istilah beliau, maka tersusunlah sholawat “ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH … dst“ yang baru lahir dari kandungan batiniah yang gemetar kepada Allah wa Rosulihi SAW, batiniyah yang diliputi dengan rasa tanggung jawab dan prihatin memikirkan umat dan masyarakat saat itu.
Lalu disuruh mencoba agar diamalkan oleh beberapa orang yang dekat dengan beliau pada waktu itu, jika tidak keliru ada tiga orang yang beliau sebut sebagai pengamal percobaan, yakni Bapak Abdul Jalil (almarhum), termasuk tokoh tua dari desa Jamsaren kota Kediri, kemudian saudara Mukhtar, dari desa Bandar Kidul Kediri dan saudara Dahlan santri dari Demak (pada waktu itu masih remaja). Alhamdulillah ketiga–tiganya melaporkan bahwa setelah mengamalkan “ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH … dst“ di karuniai rasa tentram dalam hati, dan lebih banyak ingat kepada Allah SWT. selanjutnya dicoba lagi beberapa santri disuruh mengamalkan dan hasilnya Alhamdulillah juga sama seperti yang dialami oleh tiga orang sebelumnya dan kemudian Sholawat “ ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH … dst“ ini disebut “SHOLAWAT MA’RIFAT“.
Selasa, 15 Februari 2011
KISAH LAHIRNYA SHOLAWAT WAHIDIYAH
Posted by Wahyu Widodo
19.41, under Riwayat | No comments
0 komentar:
Posting Komentar